Salah satu kunci agar kita
bisa semakin bertakwa kepada Allah SWT adalah dengan cara merenungkan dan
memikir-mikir nikmat-nikmat Allah SWT, khususnya nikmat-nikmat yang sering
terlupakan. Memang kita tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat Allah,
sebagaimana ditegaskan Allah dalah surah Ibrahim ayat 34:
...و إن تعدوا نعمة الله لا تحصوها..... (إبراهيم: 34)
Jika kalian menghitung nikmat Allah maka niscaya kalian
tidak akan bisa menghitungnya.
Namun begitu kita tetap diperintah untuk merenungkan
nikmat-nikmat Allah, sebab ini akan membawa faedah yang besar bagi diri kita
sendiri sebagai hamba-NYA. Setidaknya ada 2 faedah yang akan kita peroleh:
1.
Kita bisa
membedakan antara nikmat yang betul-betul bermanfaat bagi hidup kita dan
nikmat-nikmat semu yang cenderung merusak kualitas hidup kita.
2.
Mata hati dan
pikiran kita menjadi tajam, tidak hanya melihat nikmat-nikmat yang besar yang
kasat mata, tapi bisa dengan mudah melihat nikmat-nikmat yang sering tidak nampak,
tersembunyi, dan terlupakan.
Jika ini bisa kita lakukan maka kita akan menjadi
hamba-hamba yang syakuur (pandai bersyukur). Rasa syukur kita
akan mendorong dan memperkuat ketulusan kita dalam beribadah, dan
akhirnya hidup kita akan penuh dengan ketakwaan yang berkualitas terhadap Allah
SWT.
***
Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak merenungkan
sebuah nikmat yang sangat penting tapi sering kali terlupakan. Tentu ini tidak
satu-satunya tapi hanya salah satunya saja. Nikmat yang saya maksud ini menjadi
syarat mutlak bagi berlangsungnya kehidupan di bumi. Sebuah zat berupa gas yang
tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak bisa dirasa oleh lidah. Dalam ilmu Kimia ia
diwakili dengan simbol huruf O (o besar). Ditemukan pada tahun 1774 oleh Joseph
Priestley ahli Kimia asal Inggris dan Carl Scheel ahli Kimia asal Swedia. Ia
adalah oksigen.
Kita tahu bahwa tidak ada satupun
makhluk hidup di bumi ini yang tidak butuh oksigen. Tanaman akan tumbuh baik
jika tanahnya mengandung oksigen yang cukup. Semua hewan dan manusia menghirup
oksigen agar mereka bisa tetap hidup. Ikan dan semua makhluk hidup di laut juga
hidup karena oksigen. Cacing, rayap, dan segala serangga yang di dalam tanah
juga butuh oksigen.
Sebuah penemuan yang menarik
menyebutkan bahwa 60% dari tubuh manusia adalah oksigen. Oksigen terdapat dalam darah, daging, tulang,
otot-otot, dan semua komponen tubuh kita. Bahkan makanan dan minuman yang kita
konsumsi tidak luput dari oksigen. Singkatnya, semua bagian tubuh kita tanpa
kecuali butuh oksigen agar tetap tumbuh sehat. Sehingga bisa dipastikan,
anggota tubuh manapun yang kekurangan oksigen akan menderita sakit. Pasien
rumah sakit yang sistem pernafasannya (respiratory system) lemah akan
dibantu dengan selang oksigen. Itulah kiranya mengapa orang-orang sufi selalu
menganjurkan agar kita senantiasa mengingat atau berdzikir pada Allah dalam
setiap tarikan nafas. Bahkan sebenarnya tidak hanya makhluk hidup saja yang
perlu oksigen. Berbagai industri yang berbahan dasar logam atau baja
membutuhkan banyak oksigen dalam proses pembakarannya.
***
Oksigen yang menjadi kebutuhan pokok itu ternyata
diciptakan Allah hanya untuk menopang kehidupan di Bumi kita ini. Tidak di
planet atau bintang lain. Namun mengapa yang dipilih bumi?
Sungguh Allah Maha Bijaksana dan Maha Tahu atas semua yang diciptakan-Nya ....
Bumi yang menjadi rumah kita ini benar-benar tak
ubahnya sebutir pasir di antara pasir-pasir yang terhampar sepanjang pantai
(seluruh pantai) di bumi ini. Sebab bumi merupakan salah satu planet dari 9 planet
yang mengorbit/mengelilingi matahari (satu-satunya bintang yang berada dalam
Sistem Tata Surya). Sedangkan matahari hanyalah salah satu bintang dari
sekelompok yang sangat besar yang berisi setidaknya 400 milyar bintang. Kelompok bintang ini biasa
disebut galaksi. Dan galaksi kita, di mana bumi dan segenap Sistem Tata Surya
berada, dikenal dengan galaksi Milky Way. Bintang-bintang yang nampak oleh mata
telanjang kita (tanpa bantuan teleskop) di malam hari, semuanya masih tergolong
ke dalam galaksi Milky Way. Galaksi Milky Way tidak sendirian di alam raya ini.
Menurut para ilmuwan, setidaknya ada sekitar 125 milyar galaksi yang menghuni
alam raya ini. Galaksi yang terdekat dari Milky Way bernama Andromeda, yang
berjarak 2,5 juta tahun cahaya dari bumi. Ia merupakan satu-satunya galaksi
lain yang bisa dilihat dengan mata telanjang dari bumi. Jadi dengan kata lain,
bisa dibilang bahwa kita ini adalah penghuni bumi, penghuni Sistem Tata Surya,
penghuni galaksi Milky Way, dan akhirnya penghuni alam raya. Itulah alam raya
yang dalam bahasa Inggris disebut universe dan dalam bahasa
Arab ālamīn (عالمين). Sebagaimana kita tahu
kata ālamīn ini terdapat dalam ayat pertama surat al-Fatihah. Kita
mengulang-ulangnya dalam sehari semalam setidaknya 17 x sejumlah reka’at salat
yang kita lakukan dalam 5 waktu.
Kembali ke bumi... mengapa di
antara sekian milyar galaksi, dan bertrilyun-trilyun bintang tersebut Allah
memilih bumi untuk menjadi satu-satunya tempat tinggal bagi seluruh makhluk
hidupNYA termasuk manusia? Tentu hanya Allahlah yang tahu rahasia di balik
semua itu. Wallaahu a’lam.
Dalam hal ini, yang perlu kita
ketahui dan lalu kita syukuri adalah, bahwa jika Allah menciptakan sesuatu,
maka diciptakannya sesuatu itu dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman-NYA:
الذي أحسن كلَّ شيءٍ خلقه .....
(Allah) Yang menciptakan
segala sesuatu dengan sebaik-baiknya... (as-Sajdah:7)
Allah telah menghendaki bumi
menjadi tempat tinggal bagi segenap makhluk hidupnya, maka lantas Dia
melengkapinya dengan lapisan Atmosfer setebal 9.600 km yang menyelimuti bumi. Dengan
adanya Atmosfer ini Allah menjamin proses kehidupan di bumi berlangsung secara
normal dan aman. Sebab di dalam Atmosfer inilah terkandung oksigen (sebanyak 21
%) yang menjadi syarat mutlak bagi berlangsungya kehidupan. Sisanya adalah
nitrogen (78 %) dan argon (1 %). Di dalam argon terdapat gas yang bernama ozon
yang terdapat di ketinggian antara 19 – 40 km. Lapiran ozon ini berfungsi
melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari, yang jika seandainya sinar
tersebut tidak difilter oleh ozon lalu tembus mencapai bumi maka akan banyak
terjadi kerusakan di bumi.
Dan telah menjadi kebijaksanaan
Allah, bahwa oksigen disediakan secara melimpah ruah di lapisan Atmosfer paling
bawah, dari permukaan bumi sampai ketinggian 3,9 km. Hal ini dikarenakan semua
makhluk hidup di bumi rata-rata berada di bawah ketinggian 3,9 km tersebut. Di
atas itu, semakin tinggi sebuah ketinggian semakin berkurang oxigennya. Karena
itulah para pendaki gunung setelah berada di ketinggian lebih dari 4000 m
banyak yang mulai menderita hypoxia (gejala sakit karena kekurangan oksigen). Siapapun
yang mengadakan perjalanan udara di atas ketinggian tsb harus membawa bekal
oksigen yang cukup. Pesawat-pesawat transportasi udara yang rata-rata terbang
di ketinggian antara 6 – 11 km, pesawat-pesawat militer yang mampu terbang
sampai ketinggian 16 km, para astronomy yang bekerja di Stasiun Antariksa
Internasional di ketinggian sekitar 360 km, dan astronot-astronot yang
melakukan perjalanan ke bulan, semuanya harus berbekal oksigen yang memadai.
***
Namun walaupun oksigen telah
disediakan Allah secara berlimpah-ruah di muka bumi, ternyata di banyak tempat
khususnya di kota-kota besar oksigennya telah tercemari oleh gas-gas polutant
yang membuat udara menjadi tidak sehat dan berpotensi menimbulkan berbagai
penyakit. Kita telah tahu di zaman sekarang ini bermunculan beberapa jenis
penyakit berbahaya (yang dulunya jarang terjadi atau belum pernah ada) terutama
jenis-jenis kanker yang disebabkan buruknya kualitas oksigen. Semua itu tentu
akibat ulah manusia sendiri. Aktifitas industri, perusakan hutan (illegal
logging), asap-asap kendaraan, semua itu merupakan faktor-faktor utama
yang membuat buruknya kualitas oksigen.
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون (الروم: 41)
Telah nyata kerusakan di
darat dan laut karena ulah tangan manusia sehingga Allah menimpakan siksa pada
mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Maka marilah kita selalu berupaya
menjaga dan memperbaiki kualitas oksigen bumi. Bagaimana kita bisa melakukan
hal itu? Salah satunya dan yang utama adalah melakukan penghijauan lingkungan. Kita
tahu bahwa salah satu manfaat utama tanaman atau pepohonan adalah untuk
membersihkan udara. Karbondioksida yang mengotori udara diserap oleh tanaman
dan pepohonan di saat melakukan fotosintesis di siang hari, dan di saat itu
pula tanaman dan pepohonan melepaskan oksigen murni ke udara. Dalam hal ini bisa
dikatakan tanaman dan pohon berfungsi seperti paru-paru. Hanya saja sebaliknya
paru-paru manusia menyerap udara yang berupa oksigen lantas mengeluarkannya
berupa karbondioksida. Dengan demikian terjadi hubungan symbiosis
mutualism, hubungan yang saling membutuhkan: kita memberi karbondioksida
pada pepohonan dan tanam-tanaman untuk proses fotosintesis, dan mereka memberi
kita oksigen murni yang baik sekali untuk kesehatan.
Dulu, 15 abad yang lampau
Rasulullah saw mengatakan bahwa menanam tanaman itu bernilai sadaqah, khususnya
tanaman atau pepohonan yang menghasilkan buah atau apa saja yang bisa dimakan
dan dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya.
ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بـهيمة إلا كان له به صدقة (رواه البخاري)
Tiada satu pun orang Islam
yang menanam tanaman, lalu bagian dari tanaman itu dimakan oleh burung,
manusia, atau hewan (lainnya), kecuali dia telah mendapat pahala sadaqah.
Dari hadis ini kita mendapat
setidaknya tiga pelajaran penting:
1.
Tanaman yang ditanam tidak dibatasi jenisnya. Baik yang bisa berbuah dan
enak dimakan, atau hanya dimanfaatkan kayunya, atau daunnya, atau
bahkan hanya kerindangannya saja untuk berteduh, atau keindahannya saja
untuk menyejukkan mata, atau bahkan yang sebagian orang belum tahu apa manfaat
dari tanaman itu.... semuanya tetap bisa bernilai sadaqah. Sebab, hakekatnya
tidak ada tanaman yang tidak bisa dimanfaatkan, karena semua tanaman
mengeluarkan oksigen, dan setelah matipun lalu membusuk bisa dimanfaatkan
cacing atau organisme lainnya... setelah itu bisa menyuburkan tanaman... atau
sebelum mati mungkin dimakan ternak lebih dulu, lalu jadi kotoran, kotoran bisa
jadi pupuk... dst.. dst.. dan
ujung-ujungnya kembali bermanfaat untuk kehidupan umat manusia.
Itulah kiranya
seperti yang telah ditegaskan Allah dalam ayatnya:ألم تروا أن الله سخر لكم ما
في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة، ومن الناس من يجادل في
الله بغير علم ولا هدى ولا كتاب منيرTidakkah kalian perhatikan sesungguhnya
Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di
antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:
20)
Dengan ayat ini Allah memberi peringatan yang sangat tegas seakan-akan
berkata: "Sudah demikian gamblangnya nikmat-nikmat itu terpaparkan... kok
masih ada yang membantahnya.. membantah keesaanKU?"
2.
Walaupun
Rasulullah dalam hadis itu menggunakan kata أكل – يأكل (makan), tidak lain
karena menyesuaikan masa atau zaman, yakni untuk mempermudah pemahaman
masyarakat arab ketika itu yang hanya memiliki pengertian bahwa tanaman atau
pohon hanya bisa dimanfaatkan dari buahnya. Andaikata Rasulullah hidup pada
zaman seperti sekarang ini, di mana warga bumi telah berkesadaran bahwa tanaman
dan pepohonan juga punya banyak manfaat lain selain untuk dimakan, seperti
menjaga kebersihan udara, menahan erosi, menyimpan air dalam tanah, untuk obat,
dll, pasti Rasulullah akan menggunakan bahasa yang lebih dari sekedar “makan”.
3.
Bahwa nilai
sadaqah itu tidak hanya karena kita memberi manfaat pada sesama manusia saja,
tapi seluruh makhluk hidup tanpa kecuali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar